Cara Belajar Siswa Aktif

- May 13, 2016 - No comments -

Tiba-tiba saja saya teringat dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Sejak metode belajar ini diberlakukan, kegiatan belajar mengajar di kelas menjadi berbeda. Siswa diharapkan menjadi lebih aktif. Mungkin untuk tujuan itulah, kelas kami dibentuk menjadi 5 kelompok belajar. Anggota kelompok diusahakan yang berdekatan tempat tinggalnya. Kami, kelompok V, beranggotakan 5 orang. Dan entah karena pertimbangan apa saya ditunjuk menjadi ketua kelompok V.

Ada beberapa pengalaman menarik dari CBSA ini. Setiap kali kami diskusi untuk menentukan di rumah siapa diskusi, semua anggota kelompok (termasuk saya) tidak ingin saya yang menjadi tuan rumah. Alasannya sangat sederhana. Bapak saya sering mengawasi kami selama belajar dan sering tanya ini dan itu. Padahal bapak saya sangat semangat menyiapkan apa yang perlu untuk menunjang kegiatan ini. Kalau dia tahu, saya yang menjadi tuan rumah, bapak biasanya mempersiapkan lampu (karena waktu itu kampung kami belum dialiri listrik waktu itu).

Kembali ke CBSA. Sejak metode ini diberlakukan, kelas kami kelas VI diajari oleh tiga guru. Pak Simatupang menjadi wali kelas dan guru utama. Sesekali dia dibantu kepala sekolah, Pak Sihombing. Guru yang satu lagi adalah Pak Manullang, guru agama. Ketiga guru kami ini cukup rajin memberikan tugas. Dan kebetulan mereka satu kampung dengan kami kelompok V. Bukannya mendapatkan privilege, kami malah merasa kami diperlakukan tidak adil. Mereka lebih keras kepada kelompok kami. Kami sering dihukum.

Pada suatu kesempatan, Pak Simatupang menyuruh anggota kelompok kami satu per satu ke depan mengerjakan tugas Matematika. Saya yang pertama dipanggil. Dan bisa mengerjakan soal. Anggota berikutnya tidak ada yang berhasil. Saya disuruh menggantikan mengerjakan soal, dan berhasil. Saya disuruh mendekat. Pipi saya dicubit cukup keras, ditarik dan paaakkk. Memang begitulah ciri khas Pak Simatupang menghukum muridnya. Dan itu sangat ditakuti murid. Saya dihukum sang guru dengan tuduhan egois. Saya tidak mengajari teman-teman saya. Padahal justru itu yang diharapkan dari sistem ini. Saling berbagi. Walaupun kami sering dihukum tetapi kami sering menang kalau ada lomba seperti model cerdas tangkas di kelas walaupun para juara kelas tidak ada di dalam kelompok kami.

Yang berkesan buat saya dari CBSA ini bukanlah tentang belajar kelompoknya, bukan pula tentang hukuman-hukuman yang kami dapatkan melainkan CBSA ini kadang kami jadikan modus. Seperti saya bilang sebelumnya, kampung kami belum dialiri listrik. Dan untuk menonton TV harus ke kampung lain. Dan amat sangat sulit mendapatkan ijin dari orangtua kami. Begitulah dalam kesempatan. Kami sepakat menjadikan diskusi kelompok sebagai dalih untuk bisa menonton. Kami sepakat menunjuk rumah teman kami sebagai tempat diskusi. Bapaknya kebetulan PNS sehingga peluang ketemu dengan bapak kami agak kecil dalam kegiatan sehari-hari. Waktu itu kami sangat ingin menonton serial The Master. Dan kesempatan untuk itu telah kami rancang dengan baik. Waktunya pun tiba.

Saya membawa buku yang sangat tebal (buku khusus persiapan EBTANAS-kumpulan soal-soal). Sengaja tidak saya masukkan dalam tas biar dilihat oleh bapak saya. Saya pun minta ijin “Pak, saya mau pergi diskusi kelompok”. Bapak menjawab “Di rumah siapa?” Di rumah mandur, Pak, jawab saya. Mungkin melihat semangat belajar sang anak yang menggebu sampai harus bawa buku tebal, dengan cepat bapak menjawab “Ya. Baik-baik belajar”. “Ya, Pak” jawab saya sambil menyembunyikan senyum keberhasilan. Dengan cepat saya berlari ke tempat teman-teman sudah menunggu. Dan kamipun jadi menonton The Master.Itulah keberhasilan CBSA buat kami.

Kirim Komentar ya

Loading Facebook Comments ...

LEAVE A REPLY

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Dilarang copy tanpa izin!!!!